Sebutkan Manfaat Rajin Menuntut Ilmu Dalam Kehidupan Manusia

Sebutkan Manfaat Rajin Menuntut Ilmu Dalam Kehidupan Manusia – Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Ibarat kata, ilmu juga merupakan permata bagi pemiliknya. Karena pentingnya, Abu Darda pernah berkelakar “Bagiku belajar semalaman lebih penting daripada shalat semalaman”.

Di lain waktu, Nabi Sulaiman diperintahkan oleh Allah untuk memilih harta, ilmu atau kekuasaan. Pilihan jatuh pada kebijaksanaan dan Salomo akhirnya diberi kekuasaan serta kekayaan.

Sebutkan Manfaat Rajin Menuntut Ilmu Dalam Kehidupan Manusia

Manusia sempurna karena pikirannya. Pikiran yang sempurna tentunya juga diberikan asupan nutrisi yang tepat. Asupan gizi yang dimaksud tentunya adalah pengetahuan dan kebijaksanaan. Fatih Musali berkata “Alisa marid idja munia thom wa syrbu wa dawa’ yamutu? Obatnya akan segera mati? Demikian pula hati. Tiga hari tanpa hikmah dan ilmu, ia akan mati mendadak”).

Hikmah Dan Manfaat Belajar Dalam Islam

Sadar akan derajat dan kemuliaan ilmu, para ulama terdahulu memiliki tradisi merantau mencari ilmu. Mereka rela pergi ke tempat yang jauh dari tempat tinggalnya untuk mencari ilmu.

Dari Al-Bukhari ke Al-Ghazali Al-Bukhari (256 H) adalah seorang musafir ilmu. Ketekunannya dalam mempelajari Hadits dimulai pada usia enam belas tahun. Dia pergi dan pergi ke desa-desa, pergi ke beberapa ratus kota, memperkenalkan diri dari negara ke negara untuk mempelajari serta mengumpulkan hadis Nabi Muhammad.

Perjalanan paling spektakuler yang dia lakukan adalah dari Mesir ke Khorasan. Perjalanan yang melelahkan, namun menyenangkan. Pengembaraannya yang lama membuahkan hasil. Kegigihannya membuahkan hasil. Dia berhasil mengumpulkan setidaknya enam ratus ribu hadits, tujuh ribu di antaranya dia masukkan ke dalam kitab Sahih Bukhari.

Imam Baqi bin Makhlad juga memiliki keleluasaan untuk menempuh perjalanan jauh dalam mengejar ilmu. Dia melakukan perjalanan yang begitu jauh, antara Mesir dan Suriah (dalam geografi saat ini terletak di sekitar Suriah).

Soal Latihan Pengetahuan Tema 5 Sub 2

Seperti yang dijelaskan dalam kitab Tadzkiratul Hafadz, ia menghabiskan empat belas tahun dalam perjalanan pertamanya. Sementara itu, ia melakukan perjalanan dari Hijaz (sekitar Mekkah) ke Bagdad, Irak. Episode ini berlangsung selama dua puluh tahun dalam hidupnya (hlm. 630).

Al-Ghazali, seorang ulama yang brilian di kalangan cendekiawan muslim klasik, memiliki kisah yang tak kalah heroik. Kisah kegigihannya dalam mencari ilmu adalah sejarah kesedihan dan kepahitan.

Lahir dari keluarga miskin, Al-Ghazali bersekolah dengan uang saku yang pas-pasan. Dia pernah membuat pengakuan mengejutkan bahwa motivasinya pergi ke sekolah adalah untuk mendapatkan makanan. Karena dia tidak pernah mendapatkan makanan selezat masakan sekolah di rumah.

Ia belajar dengan sangat rajin, hingga akhirnya bertemu dengan Imam Juwayni, seorang ahli hukum yang sangat terkenal. Juwayni kemudian menggantikan Al-Ghazali menjadi ulama yang sangat disegani ilmunya.

Hadist Tentang Menuntut Ilmu Untuk Meningkatkan Semangat Belajar

Wisata ilmu di nusantara Tradisi wisata ilmu juga berkembang di nusantara. Uniknya, berwisata di nusantara tidak hanya untuk menimba ilmu, tapi juga untuk berkah. Amalan seperti ini biasanya dilakukan dengan belajar, namun dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama, bahkan tidak terlalu singkat.

Abdul Wahid Hasim, K.H. Hasim Asyari, adalah salah satu dari sekian banyak contoh ilmuwan yang memiliki tradisi Rihla dan berdoa memohon berkah. Setelah lulus pada usia dua belas tahun dari Madrasah Tebuireng, Jombang, Gus Dur memulai perjalanannya ke Pesantren Siwalan Panaji, Sidoarjo. Dia hanya menghabiskan dua puluh lima hari di sana.

Seperti yang disinggung dalam Seri Tempo: Wahid Hasim (2016), perjalanannya bersama K.H. melanjutkan ke Pesantren Lirboyo, Kediri di bawah bimbingan Dr. Abdul Karim. Lepas dari Lireboyo selama dua tahun, Wahid kemudian berpindah-pindah dan merantau dari satu pesantren ke pesantren lain di sekitar Jawa Timur (hlm. 21).

Namun demikian, selain motivasi untuk berdoa memohon berkah, Prajarat durdjosanjoto dalam pengasuhan ummat: kiai pesantren-kiai langar di Jawa, halaman: 166) mencoba merasionalisasi mengapa tradisi berpindah dari satu pesantren ke pesantren lainnya marak. Keahlian Kei dalam faktor skolastik dan menjaga pesantren membuatnya terkesan. Biasanya seorang qi dikenal sebagai ahli dalam bidang keilmuan tertentu. Keadaan ini membuat santri yang haus akan ilmu harus pergi dan merantau dari satu kii ke kii lainnya, dari satu petani ke petani lainnya.

Apa Saja Interaksi Antarruang Indonesia Dengan Negara Asean?

Etos belajar yang begitu kuat dirangkum oleh para ulama sebelumnya dalam sebuah kalimat populer bahwa menuntut ilmu harus diimbangi dengan keringat dan waktu (Jahdun nafs wa bazlul qarihah). Tanpa usaha yang kuat dan semangat yang tangguh, tentu akan sangat sulit untuk memperoleh ilmu.

Selama Ramadhan, redaksi menyajikan artikel tentang kisah-kisah hikmah yang dicomot dari dunia pesantren dan tradisi. Artikel-artikel ini dimuat di rubrik “Hikayat Ramadhan”. Rubrik ini diajarkan selama sebulan penuh oleh Fariz Alnizar, dosen Universitas Nahdalatul Ulama Indonesia dan kandidat doktor ilmu linguistik di UGM. , Isi buku ini kaya akan kandungan pendidikan moral spiritual.

Menurut Sayyidina Ali binti Abi Thalib Karramallahu Wazah sebuah ayat yang indah dikutip tentang enam syarat untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat, yaitu cerdas, bersemangat, sabar, biaya, petunjuk guru dan waktu yang lama.

Ilmu manfaat adalah ilmu yang dapat mengantarkan pemiliknya kepada takwa kepada Allah SWT. Ilmu yang bermanfaat ini tidak mungkin didapatkan kecuali ada 6 syarat yang harus dipenuhi oleh pemburu. Ada 6 syarat :

Di Dalam Tubuh Yang Sehat, Terdapat Jiwa Yang Kuat

Artinya kemampuan memperoleh ilmu bukan berarti pencari ilmu harus ber-IQ tinggi, meskipun ber-IQ tinggi sangat menentukan dalam menuntut ilmu, selama akal seseorang mampu menangkap ilmu. dia sudah bertemu dengannya. Tuntutan. Bagi penulis sendiri, kecerdasan adalah sesuatu yang bisa ditingkatkan. kata orang tua dulu

“Pikiran kita itu seperti pedang, semakin tajam semakin banyak kita melakukan kesalahan, sedangkan jika kita membiarkannya berkarat dan menjadi tumpul, itulah yang terjadi jika kita terlalu sering berpikir.” adalah, sering berdiskusi, sering membaca Al Quran, sering melafalkan syair, sering melafalkan Takoran

Kecerdasan juga bisa digenjot dengan melakukan beberapa hal positif, antara lain: banyak membaca, mengubah rutinitas, meringkas pelajaran, menjaga kesehatan dan makan sehat, rajin berolahraga, serta bergaul dengan orang pintar.

Artinya sebenarnya tidak akan muncul dari pencarian ilmu tanpa semangat dan ketekunan, dengan bukti ketekunan, ilmu terutama ilmu agama adalah sesuatu yang agung dan penuh penderitaan. Karena itu banyak orang yang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit dibandingkan yang tidak berhasil, kenapa? Karena ilmu sulit didapat, yang diingat kemarin belum tentu diingat sekarang, padahal yang diingat kemarin masih berkaitan dengan pelajaran hari ini, akhirnya akibat hilangnya pemahaman kemarin pelajaran hari ini berantakan, sehingga tanpa semangat dan ketekunan ia sangat sulit untuk mencapai apa yang kita inginkan.

Modul Ppg Aa

Arinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam menuntut ilmu, orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan menuju penciptanya, makanya setan sangat membenci mereka, apa yang setan ingin seseorang lakukan dengan ilmu Jangan mencari, tidak mengajarkan belas kasihan, tidak ada orang yang mempertimbangkan kebajikan mereka, tidak ada orang yang mengajar orang untuk beribadah dan orang yang menasihati kebijaksanaan.

Ujian para penuntut ilmu, khususnya para santri pondok pesantren sangat beragam. Misalnya penyakit kulit, sehingga ada siswa yang tangannya tidak bisa bergerak bebas seperti biasanya, merasa pegal-pegal, dan susah makan.

Atau ada juga cerita seorang penjaga yang harus membeli sandal sebulan sekali karena sandalnya hilang entah kemana. Ini ujian kecil di pesantren. Menghadapi kesulitan memang tidak mudah. Tetapi jika Anda ingin mencapai tujuan, Anda harus berkorban. Kabar baiknya, sesungguhnya ujian itu merupakan bentuk kecintaan Allah SWT kepada hambanya, seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya ujian itu, dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum. melakukannya, maka Allah menguji mereka. Orang yang senang, menerima keridhaan Allah, dan orang yang marah, menerima murka Allah.” (Hr. Tirmidzi).

Artinya orang yang menuntut ilmu membutuhkan biaya sebagaimana setiap manusia yang hidup membutuhkannya. Tapi jangan dikira kuliah itu butuh uang banyak dan harus kaya dulu, disini biayanya hanya untuk sandang, pangan, papan. Kebiasaan para leluhur, ketika mencari ilmu, mereka harus bersiap-siap menempuh perjalanan menemui seorang guru atau pergi ke seminari. Hari ini kita bisa melihat sendiri bagaimana situasinya. Seseorang yang ingin bersekolah tidak hanya cukup dengan bekal niat saja, tetapi juga membutuhkan seragam, buku, alat tulis dan lain-lain. Mengejar ilmu, berapapun harganya, adalah bentuk pengorbanan dan perjuangan. Seseorang yang beriman teguh tidak akan khawatir tentang berapa banyak uang yang akan dia belanjakan, karena dia menyadari bahwa semua ini tidak ada apa-apanya di hadapannya, yaitu ilmu dan derajat kedekatan yang lebih tinggi dengan Tuhannya.

Hadits Ancaman Untuk Orang Berilmu Namun Tidak Mengamalkannya

Artinya orang yang menuntut ilmu harus ada gurunya, tidak bisa belajar sendiri, ilmu agama itu warisan para nabi, tidak tiba-tiba jatuh dari pohonnya. Kita bisa melihat sejarah turunnya wahyu dan menceritakannya kepada para sahabat, bagaimana para nabi masing-masing menerima wahyu dari malaikat Jibril, kemudian para nabi menceritakannya kepada para sahabatnya, para sahabat menceritakannya kepada para sahabatnya.

Begitu seterusnya sampai orang-orang sekarang ini. Jadi ilmu yang kita terima hari ini adalah ilmu yang terus berlanjut sampai Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT. Sangat jelas bahwa mereka yang belajar harus melalui bimbingan seorang guru.

Artinya, orang perlu belajar dalam waktu yang lama, tidak cukup hanya dengan masuk pesantren, lalu dianggap sudah cukup memahami agama. Kita bisa mengambil contoh Imam Bukhari yang mulai mempelajari ilmu Hadits pada usia enam belas tahun. Dia pergi dan pergi ke desa-desa, pergi ke beberapa ratus kota, memperkenalkan diri dari negara ke negara untuk mempelajari serta mengumpulkan hadis Nabi Muhammad. Perjalanan paling spektakuler yang dia lakukan adalah dari Mesir ke Khorasan. perjalanan itu

Check Also

Posisi Tangan Ketika Hendak Mengayunkan Lengan Lurus Ke Atas Adalah

Posisi Tangan Ketika Hendak Mengayunkan Lengan Lurus Ke Atas Adalah – Apakah kamu suka buku …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *