Melodi Awal Yang Dinyanyikan Sebelum Masuk Ke Lagu Inti Disebut – Gonrang merupakan salah satu hasil kesenian masyarakat Simalungun yang memiliki struktur dan fungsi dalam masyarakat Simalungun. Gonrang adalah salah satu karya seni masyarakat Simalungun. Gonrang memiliki peran dalam kehidupan masyarakat Simalungun. Gonrang sendiri terdiri dari beberapa jenis alat musik yang masing-masing memiliki arti. Gonrang tidak bisa dipisahkan dari acara adat dalam budaya Simalungun. Dengan sendirinya, keberadaan gonrang dalam budaya Simalungun memiliki dua makna, yaitu religi/sakral/tradisional dan rekreasi. Gonrang dalam masyarakat Simalungun memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Selain itu, gonrang mewakili aspirasi/harapan, karakter, sifat, dan cita rasa seni masyarakat simalungun.
Wilayah Simalungun merupakan wilayah yang berbatasan dengan wilayah Asahan, Deli Serdang, Dairi dan Tapanuli. Hal ini menunjukkan bahwa tanah Simalun’un “ditekan” dari segala arah, sehingga daerah Simalun’un menjadi simu, dan sampai sekarang sulit untuk menentukan dari mana asal daerah Simalun’un. [1] Bersamaan dengan itu, wilayah Simalungun juga terlihat terbentang dari dataran tinggi Raja, Serbelawan, Pematang Siantar, Panei Tongah, Raya, Purba, Saribu Dolok hingga tepi Danau Toba: Haranggaol, Tiga Ras, Sidamanik dan. Sindar Raya. Wilayah Simalungun memiliki tanah yang subur dan pemandangan yang indah. Tak heran sayur dan buah terbaik menjadi andalan masyarakat Simalungun.
Melodi Awal Yang Dinyanyikan Sebelum Masuk Ke Lagu Inti Disebut
Simalungun adalah salah satu sub-divisi Batak dan juga merupakan nama sebuah kabupaten di Sumatera Utara. Tidak banyak masyarakat non Batak yang mengetahui keberadaan suku Simalungun. Karena secara kuantitatif, masyarakat Simalungun merupakan kelompok minoritas dibandingkan dengan subkelompok Batak Toba. Simalungun adalah salah satu suku Batak diantara subsuku lainnya yaitu: Toba, Karo Mandailing, Pakpak dan Angkola. Meskipun merupakan tanah leluhur masyarakat Simalungun, namun belakangan ini menurut statistik masyarakat Simalungun menempati urutan ke-3 terbesar setelah Jawa dan Toba. Mayoritas penduduk Simalungun tinggal di luar wilayah Simalungun.
Musik Tradisional Sulawesi: Harta Karun Dari Pulau Celebes
Asal usul nama Simalungun masih menjadi pertanyaan: Dari mana asal kata “Simalungun”? Ada beberapa poin yang menjelaskan hal ini: [2]
1. Menurut dr. U.H. Damanik berasal dari Simalungun si-ma-lungun. Si adalah kata penunjuk, ma adalah awalan, dan lungun berarti kesepian atau kerinduan.
2. Menurut dr. K. Sipayung berasal dari Simalungun siou-ma-lung. Siou artinya lapangan, ma adalah awalan dan lungun artinya sepi atau sepi. Jadi Simalungun artinya daerah sepi.
4. Menurut D. Kenan Purba SH, simalung’un artinya sima-lungun, sima – sisa, lungun – kesedihan. Jadi, Simalungun berarti sisa duka.
Gaudeaumus Igitur Dan Pesan Untuk Ingat Mati! Halaman 1
Di antara sekian banyak pendapat tentang asal usul nama Simalungun, menurut D. Kenan Purba SH, sebagian besar menerima bahwa kata simalungun berasal dari kata simou-lungun. Simou adalah ambigu, artinya antara jelas terlihat dan tidak terlihat, tetapi jelas di antara dan lungun artinya sunyi/tenang, karena daerah itu dulunya sepi.
Berbicara mengenai asal usul suku Simalungun seringkali menimbulkan kontroversi dan narasi yang berbeda-beda. Namun yang dijadikan patokan adalah bahan dengan bukti penelitian sejarah yang kuat. Menurut kajian ilmiah, seluruh penduduk Nusantara berasal dari Back India (India Selatan). “Menurut penelitian Prof. Antropolog Amerika G. Ferrard sampai pada kesimpulan bahwa kedatangan manusia ke Nusantara terjadi dalam dua gelombang. Periode pertama disebut Proto Melayu, periode kedua disebut Deutero Malay”[4]. Proto Melayu pada tahun 1000 SM muncul dan hidup di pesisir nusantara.Kelompok ini diyakini sebagai nenek moyang suku Batak (Simalungun), Toraja, Dayak dan Nias. Dan Deutero Melayu datang sekitar 500 SM dan mendorong Proto Melayu berpindah ke pegunungan Dan kelompok ini diyakini sebagai nenek moyang orang Jawa[5].
Mata pencaharian masyarakat Simalungun adalah bertani (marjuma) dan membuka hutan (mangima) untuk menanam padi, ubi dan jagung sebagai makanan pokok. Sekarang orang menanam sayuran dan buah-buahan di tempat yang lebih subur dan lebih tinggi. Pekerjaan lain yang tidak kalah menguntungkan dari bercocok tanam adalah perasan (maragad).
Orang Simalungun menggunakan bahasa yang sama, namun setiap daerah memiliki dialek tersendiri dan berbeda. Meskipun dialek mereka berbeda, pada umumnya orang dengan dialek berbeda mengerti dan tahu artinya. Ada empat dialek di Simalungun yaitu: dialek Silima Kuta, dialek Raya, dialek Topi Pasir (tepi pantai) dan dialek Jahe-Gahe. Dan aksara yang terdapat di Simalungun disebut huruf si ten siah.
Lagu Populer Dalam Sajian Vokal Grup
Ada empat marga asli Simalungun (nama keluarga) yang dikenal dengan singkatan SISADAPUR yaitu: Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba. Keempat marga ini berhubungan dengan raja-raja yang pernah memerintah Simalungun. [6] Selain keempat marga tersebut, masih ada marga lain yang berasal dari Simalungun. Simalungun Hilir memiliki: Sitorus, Manurung dan Butar-Butar. Simalungun Hulu memiliki: Sipayung, Silalahi, Simanjorang, Sitopu, Lingga dan Sinurat.[7]
Sistem kekerabatan pada masyarakat Simalungun masih sangat kental dengan warisan pengaruh dari India yaitu adanya kasta dalam masyarakat.[8] Stratifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
Dalam kelompok ini hidup kelompok orang bebas yang tidak memiliki hubungan darah dengan raja. Mereka adalah rakyat biasa, pemilik ladang dan penggerak roda perekonomian nasional. Orang Parumaha adalah orang yang bersedia diminta mengabdi kepada raja (baik sebagai prajurit maupun untuk mencukupi kebutuhan raja).
Orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah budak atau buruh kasar yang bekerja untuk orang kaya dan raja. Golongan Jabolon (budak) adalah orang-orang yang kebebasannya dibatasi. Kelompok Jabolon juga termasuk mereka yang mengungsi karena orang yang tidak jelas asal usulnya, tawanan perang, dan orang yang tidak bisa membayar utangnya.
Buku Siswa Kelas Ix Seni Budaya
Suku Simalungun kuno memiliki kepercayaan terkait penggunaan mantra dukun (datu), yang disertai dengan persembahan kepada arwah leluhur, yang selalu dipanggil kepada 3 dewa, yaitu: dewa di atas (diwakili oleh warna putih), dewa . di tengah (dilambangkan dengan warna merah) dan dewa di bawah (dilambangkan dengan warna hitam). Ornamen suku Simalungun didominasi oleh tiga warna (putih, merah dan hitam) yang melambangkan dewa-dewa, mulai dari pakaian (ulos) hingga hiasan rumah (gorga).
Di bulan purnama, seorang wanita cantik bernama Rambu Di Bulan datang ke dunia ini dan bertemu dengan pria yang nantinya akan menjadi suaminya. Selang beberapa waktu, suami istri ini akhirnya memiliki sembilan orang anak; dua putra dan tujuh putri. Sembilan orang disebutkan namanya; Rahat Dipanei, Sahat Manandar, Nondarhayani Bulan, Bangkisania, Rongga Huning, Horainim, Samainim, Medainim dan Dongmaranim. Setelah dewasa, mereka berniat untuk melakukan upacara Tetabuhan dan orang tua mereka memenuhi keinginan anaknya. Anak sulungnya, Rahat Dipaney, harus membuat koleksi alat musik. Kemudian ia membuat tujuh kendang (gonrang) sesuai dengan jumlah saudara perempuannya yang bekerja selama tujuh hari. Rahat Dipanei memberikan tujuh penghargaan atas nama tujuh saudara perempuannya. Untuk memulai ritual, ditetapkan hari perayaan yang sesuai dengan hari Sukra yang memiliki arti cinta. Sebelum bedug dimainkan, terlebih dahulu disiapkan perlengkapan upacara, antara lain; nitak botara siang, galuh sitabar (pisang), sangka ampilit, potong relasi, lampuyang. Sehelai daun sirih (isurdukkon) kemudian diberikan kepada orang-orang di sekitar panggual sebagai penghormatan terhadap suara gendang, dimana panen akan segera dimulai.
Beberapa saat setelah akad nikah, Rahat menikah dengan Dipanei Rangga Huning. Drum juga dimainkan di pesta pernikahan. Hanya enam honrang yang digunakan dalam upacara pernikahan ini. Hal itu dilakukan untuk mencegah terulangnya apa yang terjadi pada keluarga orang Bunian ketika adik perempuan mereka (Dongmarainim), yang merupakan roh khusus, menghilang saat upacara manggual pertama. Pernikahan Rahat Dipaney dengan Rangga Huning melahirkan Tuan Somarliat, seorang putra yang memiliki kesaktian. Ia dapat menyembuhkan segala macam penyakit dan mengusir roh jahat[9].
Di kalangan masyarakat Simalungun, gonrang merupakan musik utama yang selalu hadir pada acara-acara besar Simalungun seperti pernikahan, pemakaman, dan pesta adat.[10] Namun seiring berjalannya waktu, musik tradisional ini menjadi kurang diminati oleh masyarakat Simalungun. Musik keyboard dan alat musik modern lainnya telah mengambil alih peran alat musik honrang dalam acara-acara besar Simalungun. Gonrang sendiri mulai mengalami tanda-tanda kemunduran sejak tahun 1940-an bahkan hampir hilang sama sekali. Alasan kemunduran gonrang antara lain karena misionaris Protestan yang masuk ke Simalungun dan melarang penggunaan alat musik gonrang karena dianggap terlalu kuat untuk dikaitkan dengan ritual animisme, dan kedua, revolusi sosial. Apa yang terjadi di Simalungun, yaitu pembakaran istana kerajaan di Simalungun, dan yang ketiga terkait dengan hilangnya minat pemuda Simalungun untuk mempelajari alat musik gonrang Simalungun.
Jual Buku Buku Guru Seni Budaya
Istilah honrang memiliki dua arti. Pertama, honrang berkaitan langsung dengan alat musik kendang, yaitu istilah umum untuk semua jenis alat musik perkusi. Kedua, sebagai alat musik gonrang, suku Batak Simalungun memiliki seperangkat alat musik yang lengkap, antara lain: gonrang (gonrang sipitu-pitu atau gonrang bolon dan gonrang sidua-dua), gong (masing-masing dua ogung dan mongmongan), saruney (satu). , dan sitalasayak atau talasayak (dua potong).
Gonrang adalah alat musik perkusi yang terbuat dari kayu. Di kalangan masyarakat Simalungun dikenal dua jenis komponen musik gonrang, yaitu sipitu-pitu gonrang atau gonrang bolon dan gonrang sidua-dua atau gonrang dagang. Nama instrumen ini karena jumlah vokal yang digunakan. Honrangnya sipitu-pitu, karena honrang yang digunakan terdiri dari tujuh buah.
Caranya: Pertama pilih jenis kayu yang akan digunakan, lalu potong sesuai ukuran yang diinginkan. Bagian dalam kayu digulung menjadi pipa yang biasa disebut baluh. Biasanya bagian depan (bohi) lebih besar dari bagian ekor (ihur). Pada bagian ekornya ditutup dengan papan bundar atau kayu, dan pada bagian depan ditutup dengan kulit binatang, biasanya kulit kerbau atau kulit lembu yang diikat dengan tikus. Di permukaan kulit inilah pemukul (tongkat) dipukul, sehingga honrang mengeluarkan suara yang keras.[11]
Sipitu-pitu gonrang atau gonrang bolon adalah alat musik dengan tujuh buah gonrang. Yang terbesar disebut kulit coklat,