Belanda Memecah Belah Bangsa Indonesia – Suka sejarah, terutama pesan Sukarno “Mari kita berani membaca, berpikir, berbicara dan menulis” -John Adams
22 Februari 2023 11:40 22 Februari 2023 11:40 Diperbarui: 22 Februari 2023 11:43 219 4 1
Belanda Memecah Belah Bangsa Indonesia
Kemudian sidang pertama Konferensi Denpasar yang menyepakati pembentukan negara Indonesia Timur. 7 Desember 1946. Sumber: HENRI, NIGIS Bali No. 9
Ahyar Robbi Digdaya 126103211009
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Belanda menghadapi kenyataan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Mereka menemukan bahwa negara yang pernah dijajah telah menjadi negara baru.
Menurut Belanda, Indonesia, atau lebih tepatnya Hindia Belanda, masih menjadi wilayah mereka. Setelah menyerah kepada Jepang, mereka harus menerima penyerahan kekuasaan dari Sekutu yang menguasai Indonesia.
Kehadiran Pemerintah Republik Indonesia (RI) yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 mengancam aspirasi Belanda untuk kembali berkuasa. Oleh karena itu Belanda harus menggunakan sarana militer dan politik untuk merebut wilayahnya dari Republik Indonesia. Cara yang digunakan militer Belanda adalah melalui agresi dan ‘pembersihan’ orang-orang Indonesia yang dianggap ‘ekstrimis’ di berbagai daerah.
Salah satu yang paling keras adalah pembersihan orang-orang pro-RI di Sulawesi Selatan dari 15 Desember 1946 sampai 15 Februari 1947 di bawah pimpinan Raymond ‘Turk’ Westerling.
Kunjungan Ke Dapil Bekasi, Nur Azizah Ajak Warga Refleksikan Cinta Nkri!
Setelah wilayah dianggap murni, maka akan digunakan cara-cara politik, yaitu dengan membuat negara bagian, cara ini disebut kebijakan federal (
Negara-negara tersebut disarankan untuk mengambil pendekatan yang berbeda dari pemerintah Indonesia dalam menjalankan urusan politiknya. Hal ini akan menimbulkan persepsi bahwa pemerintah Indonesia di Yogyakarta tidak mewakili keinginan rakyat Indonesia di tingkat nasional.
H.J. Sebagai pemimpin senior Administrasi Sipil Hindia Belanda (NICA), Van Muck menyampaikan pandangannya tentang struktur ketatanegaraan Kerajaan Belanda yang berjenjang, yang terdiri dari Belanda, Federasi Indonesia, Suriname, dan Curaçao.
Indonesia akan terdiri dari empat negara bagian, yaitu Jawa (wilayah di luar pemerintahan Indonesia), Sumatera, Kalimantan dan Timur Raya (
Terkuak, Inilah Sebab Mengapa Berbagai Perlawanan Indonesia Terhadap Belanda Sering Mengalami Kegagalan
, artinya tetap diakui keberadaan NKRI, daerah-daerah lain di luar kekuasaan NKRI tetap dimasukkan, dan Belanda tetap berperan menentukan masa depan Indonesia.
Menurut pemerintah Indonesia, gagasan federasi bisa memberi harapan baru setelah pembicaraan dengan Belanda gagal.
Perundingan antara pemerintah Belanda dan pemerintah Republik Indonesia sebenarnya dimulai pada bulan April 1946. Negosiasi ini menghasilkan kesepakatan Hoge Weluwe, Linggarjati dan kemudian Renville. Perjanjian Linggajati dan Perjanjian Renville mengakui asas federal dalam membangun sistem ketatanegaraan Indonesia.
Jawa, Madura, dan Sumatera, bersama pemerintah Belanda akan membentuk Negara Indonesia Serikat yang terdiri dari negara-negara merdeka dan berdaulat RI, Indonesia Timur, dan Kalimantan (Agung, 1991).
Tolong Jawab Yah Kak
Namun pada kenyataannya, pemerintah Belanda hanya berusaha membentuk negara lain, seperti Indonesia Timur dan Kalimantan, di luar kesepakatan awal.
Upaya ini dilakukan antara tahun 1946 hingga 1948 di tengah konflik bersenjata dan perundingan dengan RI. Van Mook mengambil langkah memaksa pembentukan negara di luar Jawa dan Sumatera tanpa memberitahu RI. Konferensi Malino pada bulan Juli 1946 merupakan langkah awal usaha Van Mook.
Van Mook berinteraksi dengan para pemimpin Bali Swapraja di konferensi Denpasar. Desember 1946 Sumber: HENRI, NIGIS Bali No. 26 Pada bulan Desember 1946, usaha pembangunan negara Van Muck menjadi kenyataan dengan dibentuknya Negara Indonesia Timur (NIT), yang dikukuhkan dalam Konferensi Denpasar. Dapat dikatakan bahwa pembentukan NIT adalah awal dari pembentukan negara bagian lain. Setelah NIT, Belanda kemudian membentuk negara bagian Sumatera Timur, Pasundan, Madura, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur.
Selain negara bagian, dibentuk pula daerah-daerah otonom seperti Dayak Besar, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Bangka, Banjar, Batavia Federal District, Jawa Tengah dan Tapanuli. Titik tertinggi adalah Rapat Konsultasi Federal atau
Sejarah Konferensi Malino: Upaya Van Mook Memecah Belah Indonesia
Adapun yang terpilih sebagai Ketua BFO adalah Tengkoe Bahriun (Negara Sumatera Timur), Wakil Ketua Muhammad Hanafiya I (Banjar), Wakil Ketua Sultan Hamid II (Kalbar) dan Sekretaris Bapak A.J. Wlier (Leirissa, 2006).
Namun, upaya memecah belah NKRI dengan membentuk negara-negara tersebut gagal dalam perkembangannya. BFO tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh van Mook atau Holland. Padahal, BFO dan van Mook memiliki pandangan yang berbeda. BFO beroperasi dalam kerangka negara Indonesia yang merdeka, berdaulat dan federasi. BFO ingin bekerjasama dengan RI di bawah naungan Negara Indonesia Serikat. Ini berbeda dengan niat Van Mook yang berharap BFO bisa menjadi entry point untuk menghancurkan pemerintahan Indonesia.
Selain itu, BFO berperan penting dalam pembebasan pejabat tinggi Indonesia yang ditangkap Belanda saat Agresi Militer II. Para pemimpin BFO mengambil sikap yang tidak terduga oleh Belanda setelah Agresi Militer II yang dianggap melanggar kedaulatan suatu bangsa. Sikap para penyerang dari Belanda itu menuai simpati dari anggota BFO dan dunia internasional.
Hubungan baik antara RI dan BFO kemudian berujung pada peristiwa penting yang dikenal dengan Konferensi Antar Indonesia. Konferensi ini bukan sekedar pertemuan atau pembicaraan pra-KMB. Lebih lanjut, arti konferensi ini adalah bentuk kesepakatan nasional antara RI dan BFO. Konferensi Antar Indonesia merupakan peristiwa sejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebelum menjadi negara merdeka, Indonesia mengalami masa-masa sulit yang panjang. Penderitaan ini disebabkan oleh para penindas yang mencoba mencuri kekayaan negara dan memecah belah bangsa.
Jangan Memecah Belah, Papua Adalah Indonesia
Namun, sejak berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908, keadaan mulai berubah. Organisasi tersebut berhasil menggerakkan keinginan rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari pengalaman penjajahan.
Praktik kolonial di Indonesia berawal dari ekspedisi Eropa pada abad ke-15. Pada saat itu, sumber daya ekonomi Eropa terdesak oleh perang dan kemajuan teknologi perkapalan. Akhirnya, orang Eropa memulai ekspedisi untuk mencari sumber daya ekonomi baru dunia.
Setelah melakukan ekspedisi, bangsa Eropa menemukan bahwa Indonesia kaya akan rempah-rempah. Mereka juga berbelanja di negara tersebut.
Ketika Daendels berkuasa pada tahun 1808-1811, ia menggunakan kerja paksa atau kerja wajib. Peraturan tersebut mewajibkan masyarakat untuk membangun jalan dari Anyar hingga Panarukan di Pulau Jawa.
Kanwil Kemenag Kalsel
Aturan ini membuat rakyat Indonesia menderita. Karena orang harus bekerja keras menggali batu dan membuat jalan tanpa dibayar. Tidak hanya itu, kerja paksa juga memakan banyak korban jiwa.
Belanda menerapkan sistem budaya atau tanam paksa yang merugikan masyarakat Nusantara. Aturan ini mengharuskan orang untuk bercocok tanam di ladang mereka.
Tidak hanya memeras kekayaan negara, Belanda juga mengadu domba Nusantara melalui VOK. Mereka saling menentang dan membagi kerajaan atau politik. Kebijakan ini mengadu domba kerajaan satu sama lain, sehingga memecah belah persatuan Indonesia.
Penderitaan rakyat Indonesia telah memicu protes di berbagai wilayah nusantara. Oposisi tersebut dipimpin oleh sejumlah ulama dan tokoh, yaitu:
Berita Harian Memecah Belah Terbaru Hari Ini
Sayangnya, pertempuran ini tidak berhasil. Karena perlawanan pada waktu itu bersifat regional. Di sisi lain, pengalamannya di Indonesia juga menggugah hati beberapa orang Belanda, antara lain Baron van Huber, Edward Douwes Dekker, dan Tuan Wendee Venter.
Dawes Dekker atau Multatuli menggambarkan penderitaan masyarakat Lebak di Banten dalam bukunya Max Hawlaar pada tahun 1860.
Pada saat yang sama, Van Deventer mengusulkan kebijakan “Etische”, atau kebijakan bilateral yang dapat menguntungkan pihak Indonesia-Belanda. Kebijakan tersebut terdiri dari tiga program:
Belanda akhirnya menerapkan kebijakan bilateral untuk Indonesia. Namun, kebijakan ini hanya menguntungkan Belanda. Irigasi diterapkan pada tanaman Belanda. Sementara itu, sekolah sedang dibangun untuk menyediakan tenaga kerja terampil dan murah.
Alasan Pentingnya Sumpah Pemuda Dalam Sejarah Pembentukan Negara Indonesia
Namun, pembangunan sekolah memberikan dampak positif bagi Indonesia. Melalui sekolah inilah masyarakat Nusantara dididik. Orang-orang terpelajar akhirnya mencoba merantau untuk berdiri dan membebaskan negara dari penjajah. Emas, Injil dan kemuliaan adalah tiga hal utama yang mendorong armada Eropa ke Timur, termasuk Nusantara. Mereka terlebih dahulu menjalin hubungan dagang dengan penguasa lokal sebelum memonopoli berbagai komoditas penting.
Kemudian mereka menjalin kemitraan dagang. Belanda mendirikan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan Inggris mendirikan East India Company (EIC). Portugal adalah dua negara lain di Nusantara beberapa kali dan memonopoli beberapa barang dagangan utama. Yang paling populer adalah rempah-rempah.
Praktek monopoli ini sering diwarnai dengan peperangan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Nusantara melawan para pedagang Eropa. Namun di pihak lain, kaum imperialis, terutama Belanda, mendorong permusuhan yang lebih luas antara satu kerajaan dengan kerajaan lainnya.
Kerajaan-kerajaan di nusantara umumnya adalah kerajaan-kerajaan kecil dan tidak semuanya bersesuaian satu sama lain. Itu kemudian digunakan sebagai senjata oleh VOC untuk menegakkan monopoli ini. Pada mulanya VOK bersahabat dengan kerajaan-kerajaan tersebut dan ingin agar mereka menjauhi para pedagang Eropa kecuali Belanda. Salah satunya di Kerajaan Gowa.
Soal Uts Smplb C
“Kunjungan ke Kerajaan Goa telah dimulai bagi para anggota Kompeni Belanda. Marwati Djuned Pusponegoro dan Nugroho Notosusano dalam Sejarah Nasional Indonesia III (1993: 79) mengemukakan bahwa Raja Gowa tidak lagi dijual kepada Portugis.
Saat itu, Gowa merupakan kerajaan yang berpengaruh dan bersekutu dengan beberapa kerajaan di sekitar Sulawesi Selatan. Selang beberapa waktu, hubungan antara VOC dan Kerajaan Gowa menjadi memanas. Buku itu juga menyatakan bahwa “keduanya memiliki minat yang sama di bidang bisnis”.
Kerajaan Goa bersekutu dengan Portugis saat melawan VOC. Setelah Perjanjian Bongaya (1667), pengaruh kerajaan ini menurun. Setelah itu, seorang keturunan Raja Bone bernama Arung Palakka menjadi tokoh berpengaruh di Sulawesi Selatan. Dalam The Legacy of Arung Palakka, Leonard Andaya (2013:328) mencatat bahwa pada tahun 1680-an, “seluruh Sulawesi Selatan mengakui otoritas VOK Belanda dan Arung Palakka.” Gua dan Tulang adalah contoh pembagian kerajaan di Nusantara.
Ada perpecahan lebih lanjut tidak hanya antar kerajaan, tetapi di dalam kerajaan melalui intervensi eksternal, lagi-lagi VOC. Dalam berbagai perselisihan internal kerajaan, VOK sering mencari raja lain untuk didukung guna menyingkirkan raja yang duduk di singgasana dan berkonflik dengan mereka. Masalahnya adalah